Gegap Gempita DFS Part VII: Unjuk Prestasi Kreasi Seni Santri DIMSA

Gegap Gempita DFS Part VII: Unjuk Prestasi Kreasi Seni Santri DIMSA

 

SRAGEN – Perhelatan akbar Dimsa Fantastic Show (DFS) VII di Alun-alun Sasono Langen Putro pada Sabtu malam (26/10/2024) berlangsung penuh kemeriahan.

Penampilan spektakuler disuguhkan oleh santriwan-santriwati Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen (PONPES DIMSA) mulai dari paduan suara DIMSA Choir, fashion show dan koreografi Folk Rhapsody, angklung, Nusantara dan Javanesse Dance feat Toni Belok Kiri, Tari Langgam Zapin dan Saman, drama puisi Harmoni Karsa, bela diri Dharpa Madha, acapela medley Symphonice, pantomim, masih banyak lagi pertunjukan menarik dari santri Ponpes Dimsa.

Ipul Asia dan para pemenang Dimsa Fair 8 turut meramaikan panggung pentas seni dari, oleh, dan untuk santri Dimsa tersebut. Gemerlap kembang api dan confetti disaksikan oleh ratusan santri, wali santri, dan masyarakat umum Sragen.

Ketiga Master of Ceremony (MC) Nabil Makarim, Irsyad Hammam, dan Faza Gymnastiar memandu acara dengan 4 bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab.

H. Ali Rosyidhi, S.Pd, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sragen sekaligus Direktur Utama Ponpes Dimsa, dalam sambutannya mengatakan bahwa pagelaran seni ini murni karya kreativitas para santri sebagai upaya melatih diri untuk berkreasi, bertanggungjawab, dan mandiri.

“Ponpes Dimsa merupakan kader perserikatan Muhammadiyah yang santrinya tidak hanya pintar mengaji tetapi juga diharuskan menggeluti seni, karena semua sektor dalam kehidupan ini selalu ada sisi seninya termasuk dalam Pendidikan dan politik.” ujarnya.

Dijabarkannya berbagai wujud sumbangsih dalam diaspora Pendidikan umum dan agama telah diberikan oleh santri sebagai kader umat, ulama, dan bangsa. Termasuk dengan melanjutkan Pendidikan sebagai abdi negara dan bekerja sebagai pelayan masyarakat.

“Dimsa setiap tahunnya selalu menargetkan 200 kejuaran di tingkat daerah hingga internasional, Alhamdulillah di bulan Oktober ini target sudah terlampaui.” ucapnya.

Hadir Bupati Sragen, dr. Hj. Kusdinar Untung Yuni Sukowati, bersama Forkopimda, Kepala OPD, dan Camat di lingkungan Kabupaten Sragen. Beserta Kepala Kementerian Agama Kabupaten Sragen Dr. H. Ihsan Muhadi, S.Ag, M.Si, Pengawas Madrasah Aliyah Dra. Amin Sarwatui, M.AgI, Wakil Direktur 1 Bidang Pendidikan sekaligus Kepala SMP DIMSA Ust. Wibowo Juli Saputro, M.Pd, dan Kepala MA DIMSA Ust. Fuad Ibrahim, S.M.

“Alhamdulillah, baru kali ini alun-alun digunakan untuk pentas seni. Terima kasih kepada Ponpes Dimsa, semoga ke depannya akan banyak sekolah di Kabupaten Sragen yang terinspirasi.” harapnya.

Ia mengapresiasi keprofesionalan santriwan-santriwasi Ponpes Dimsa yang mengatur, menyelenggarakan, dan menampilkan berbagai kesenian tanpa dibantu oleh orang dewasa.

“Luar biasa! Malam ini saya melihat kesungguhan anak-anak dalam bekerja dan tampil dengan sangat sigap.” pujinya.

Bupati optimis dengan sikap yang dimiliki oleh para santri Ponpes Dimsa, Indonesia Emas 2045 bisa diraih. Di tengah era globalisasi dengan segala permasalahan anak muda, Ponpes Dimsa telah membanggakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dengan ketangkasan mereka.

“Santri pintar, cerdas, dan berakhlak mulia. Semoga ke depannya bisa menjadi anak-anak yang hebat!” serunya.

Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I, M.Ap selaku Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Ponpes Muhammadiyah yang juga seorang alumni Pompes Dimsa menegaskan bahwa dalam Agama Islam tidak ada dikotomi antara Islam dengan seni kebudayaan.

“Mungkin ada banyak yang beranggapan kalau Muhammadiyah tidak terbiasa dengan seni. Hari ini kita membuktikan bahwa Muhammadiyah sangat dekat, akrab, serta mengapresiasi seni dan kebudayaan.” jelasnya.

Dirinya mengenalkan konsep dakwah kultural yang diterapkan oleh Muhammadiyah, yaitu berdakwah dengan memanfaatkan sarana dan prasarana kesenian dan kebudayaan untuk mengembangkan keislaman dan olah rasa dalam diri seseorang. Tidak hanya kesenian tradisional, kesenian modern juga diadaptasi sebagai media dalam berdakwah sebagai simbol kemoderenan Muhammadiyah.

“Mari kita didik putra-putri di pondok pesantren, karena di sanalah terdapat bekal yang lengkap dalam menyongsong masa depan.” ajaknya.

Dia memaparkan bahwa santri tidak hanya bisa mengaji dan belajar ilmu agama namun juga mengasah kecakapan intelektual, kebangsaan, keumatan, dan kemasyarakatan. Santri terlatih untuk menjadi sosok yang multitasking dengan menjaga keseimbangan kerohanian dan duniawi.

“Jangan minder menjadi santri!” pesannya.

 

Penulis : Rindah_Diskominfo

Editor  : Yuli_Diskominfo