Angka Kemiskinan Turun, Pemkab Sragen Lanjutkan Program Tumis di Tiga Desa

SRAGEN - Angka kemiskinan di Kabupaten Sragen tahun 2024 mengalami penurunan menjadi 12,41%. Turunnya presentasi kemiskinan itu berkat inovasi yang terus digaungkan Pemerintah Kabupaten Sragen, yakni melalui program Desa Tuntas Kemiskinan (Tumis).

Program Desa Tumis yang diinisiasi oleh Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati terus bergulir sejak 2022 lalu. Inovasi tersebut efektif untuk menekan angka kemiskinan dan terbukti angka penurunan kemiskinan di 2024 menjadi tertinggi di Soloraya sebesar 0,46%.

Pada 2024 ini, angka kemiskinan di tiga desa menjadi prioritas pengentasan lewat program Desa Tumis. Tiga desa itu, diantaranya Desa Bendo, Kecamatan Sukodono, Desa Kedungwaduk, Kecamatan Karangmalang dan Desa Pare, Kecamatan Mondokan.

Setelah Desa Bendo wisuda Desa Tumis dilanjutkan di Desa Kedungwaduk oleh Bupati Yuni yang berlangsung di Lapangan Voli Perkasa Kedungwaduk, Selasa (19/11).

Plt. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sragen, Yuniarti menjelaskan ada sebanyak 252 warga kurang mampu Desa Kedungwaduk mendapatkan terapi dari Pemkab Sragen dan pihak ketiga agar terentaskan dari kemiskinan.

Program terapi yang diberikan berupa bedah rumah tidak layak huni (RTLH) sebanyak 13 unit, jambanisasi sebanyak 10 unit, listrik gratis satu unit, pembayaran premi PBI Badan Penyelenggata Jaminan Sosial (BPJS) dari APBD 72 orang, bantuan jatah hidup 65 orang, dan bantuan usaha ekonomi produktif sebanyak 55 orang.

"Harapan setelah terapi program Tumis diterapkan di Desa Kedungwaduk ini dapat mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu dengan terus mewujudkan sinergitas Akedemisi, Bisnis, Government, Citizen," jelas Yuniarti.

Usai mewisuda, Bupati Yuni juga berkesempatan mengecek langsung kelompok-kelompok penerima manfaat untuk memastikan bantuan sampai sehingga tujuan Pemkab untuk mengentaskan kemiskinan di Desa Kedungwaduk. Pemkab mengalokasikan anggaran intervensi senilai Rp648 juta.

Orang nomor satu di Bumi Sukowati itu menyebut pemerintah terus berupaya menurunkan kemiskinan di Kabupaten Sragen, mengingat data kemiskinan dalam satu desa disapu dengan pendekatan asesmen secara door to door atau dari rumah ke rumah.

"Kalau misalnya di bidang peternakan, didampingi dinas terkait. Atau tenaga ahli misalnya ngelas, didampingi disnaker untuk pelatihan dan alat sesuai kebutuhan. Sasarannya lebih spesifik," terang Bupati.

Bupati berharap tuntas kemiskinan yang dilaksanakan benar-benar bisa tuntas.

"Meski sudah menetapkan tiga desa tersebut, bukan berarti titik kemiskinan di wilayah lain terabaikan. Namun dengan tumis, penanganan lebih menyeluruh dengan melibatkan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD), CSR, dan sebagainya," imbuhnya.

Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Sragen, Aris Tri Hartanto menyampaikan Intervensi kemiskinan di tiga desa itu sudah berjalan sejak awal 2024 lewat asesmen yang detail dan ketat.

Aris menguraikan intervensi di tiga desa itu ternyata menyerap anggaran mencapai Rp5.537.232.200. Anggaran itu, sebut dia, berasal dari APBD 2024 senilai Rp639.617.200 dan sisanya dari corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan senilai Rp4.897.615.000. Artinya, porsi anggaran APBD hanya 11,55%.

"Inovasi Desa Tumis ini dilakukan dengan metode pananganan kemiskinan dari bawah atau bottom up dengan menggali kebutuhan dan potensi yang dimiliki warga miskin di tingkat desa. Mereka kemudian diintervensi secara gotong-royong dengan melibatkan organisasi perangkat daerah [OPD] Kabupaten Sragen, perangkat kecamatan, perangkat desa, forum usaha daerah, CSR swasta, dan stakeholders terkait lainnya," ujar Aris.

Tahapan asesmen, lanjut Aris, dilakukan mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan data, skrining data, asesmen awal, asesmen lanjutan, pemberian terapi, dan seterusnya. Dia mengatakan asesmen itu dilakukan dengan mengetahui kebutuhan keluarga penerima manfaat (KPM) supaya terapi yang diberikan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan, termasuk kebutuhan infrastruktur desa.

Meskipun program Desa Tumis sudah selesai, harap dia, gotong-royong lintas sektoral dan pihak swasta tetapi terjalin dengan baik dan target akhirnya masyarakat dapat mandiri dan hidup sejahtera.

 

Penulis : Miyos_Diskominfo

Editor : Yuli_Diskominfo